Kejadian ini bermula pada hari rabu tgl11 februari
pukul 4 sore. Waktu
itu anak sahabatku yang baru berusia 2,5th sedang bermain
dengan sepedanya,
tidak lama kemudian dia mengeluh sakit perut kemudian
diare. Si ibu yang
panik kemudian membawa si anak ke seorang bidan desa,
setelah si anak
meminum obat diare dari ibu bidan, diarenya langsung mampat,
tapi 2jam
kemudian tepatnya jam 7malam, diarenya kambuh lagi tapi sangat
banyak sampai
sulit berhenti. Si ibu panik lagi dan membawa si anak beserta
suami dan anak
keduanya berobat ke puskesmas. Mereka hanya menaiki sepeda
motor. Si ibu
harus memangku dua anaknya sekaligus. Anak keduanya baru
berusia 1tahun.
Sesampainya di puskesmas 24jam, si anak tidak diberikan
terapi apa2, hanya
langsung dirujuk tanpa dibekali infus dan tidak diantar
ambulans. Mereka
langsung berangkat ke RSI Hidayatullah Jogja untuk
penanganan lebih lanjut.
Apesnya, motor yang ditumpangi kehabisan bensin
ditengah jalan, si ayah
panik, langsung berusaha menghentikan mobil yang
kebetulan lewat tapi tidak
ada yang mau berhenti. Melihat si anak semakin
kritis, si ayah langsung
berhenti di tengah jalan, tidak peduli ada mobil
yang akan menabraknya,
karena hanya itulah satu2nya jalan supaya ada mobil
yang mau berhenti.
Setelah itu ada mobil pick up yang berhenti untuk
menolong, si ibu bersama
dua anaknya naik ke mobil sementara si ayah mengurus
motornya supaya tidak
hilang. Jarak RS sangat jauh. Sampai di RS jam 1 dini
hari, tidak segera
mendapatkan pertolongan apapun, perawat yang akan
memberikan infus angkat
tangan karena pembuluh darah si anak sudah kisut dan
tidak bisa dimasukkan
jarum. Melihat kondisi yang kritis, si ibu malah
disuruh menyelesaikan
pendaftaran dan administrasi. Tidak ada terapi lagi
untuk si anak. Di tengah
kebingungan karena harus menghadapi ini semua
sendirian, ditambah harus
menemani anak kedua, si anak yang sakit ini
mengeluh haus kepada ibunya.
Suaranya sangat lirih hampir tak terdengar.
Kemudian si ibu berinisiatif
memberikan air untuknya, tapi setiap habis
minum, si anak langsung kencing.
Pencernaannya seperti tidak berfungsi.
Beberapa menit kemudian, si anak
meninggal dunia. Meninggal di pangkuan
ibunya yang kebingungan. Setelah
meninggal, baru si dokter datang dan
memeriksanya.
Entah apa yang ada di pikiran paramedis2 itu
sewaktu si ibu dan anak ini
datang meminta pertolongan ??? Semua paramedis
harusnya tahu, terapi utama
untuk diare adalah rehidrasi cairan. Bagaimana
mungkin ada puskesmas yang
tidak menyediakan infus dan ambulans ??? Bagaimana
mungkin mereka tega
mengulur2 waktu si ibu untuk menyelesaikan pendaftaran
dan administrasi
padahal di pangkuan ibu ini ada anak yang sedang meregang
nyawa ???
Dimana letak kedua mata dan satu hati mereka
sewaktu melihat anak ini
semakin kritis sehingga tidak segera diberikan
pertolongan ???
Ingin rasanya aku melihat tampang2 pucat dan panik
paramedis di RS itu
sewaktu melihat calon pasien mereka meninggal sebelum
diberikan pertolongan.
Aku ini juga seorang dokter. Aku juga memiliki
banyak kekhilafan sebagai
seorang manusia. Tapi aku tidak akan memaafkan dan
mentolerir tindak
kriminal "membunuh" pasien apalagi dengan disengaja. Diare
itu bukan
penyakit sepele, justru banyak kematian yang disebabkan oleh
ketidaktahuan
kita akan berbahayanya penyakit itu. Tidak direkomendasikan
obat untuk diare
akut pada bayi dan balita kecuali jika diare itu sudah
kronis/berhari2 dan
disertai gejala adanya bakteri seperti berbau busuk,
berbuih, warna hijau,
berlendir, berdarah, dll. Hanya dengan rehidrasi cairan
atau bisa ditambah
dengan Lacto-b.
dari milis tetangga
itu anak sahabatku yang baru berusia 2,5th sedang bermain
dengan sepedanya,
tidak lama kemudian dia mengeluh sakit perut kemudian
diare. Si ibu yang
panik kemudian membawa si anak ke seorang bidan desa,
setelah si anak
meminum obat diare dari ibu bidan, diarenya langsung mampat,
tapi 2jam
kemudian tepatnya jam 7malam, diarenya kambuh lagi tapi sangat
banyak sampai
sulit berhenti. Si ibu panik lagi dan membawa si anak beserta
suami dan anak
keduanya berobat ke puskesmas. Mereka hanya menaiki sepeda
motor. Si ibu
harus memangku dua anaknya sekaligus. Anak keduanya baru
berusia 1tahun.
Sesampainya di puskesmas 24jam, si anak tidak diberikan
terapi apa2, hanya
langsung dirujuk tanpa dibekali infus dan tidak diantar
ambulans. Mereka
langsung berangkat ke RSI Hidayatullah Jogja untuk
penanganan lebih lanjut.
Apesnya, motor yang ditumpangi kehabisan bensin
ditengah jalan, si ayah
panik, langsung berusaha menghentikan mobil yang
kebetulan lewat tapi tidak
ada yang mau berhenti. Melihat si anak semakin
kritis, si ayah langsung
berhenti di tengah jalan, tidak peduli ada mobil
yang akan menabraknya,
karena hanya itulah satu2nya jalan supaya ada mobil
yang mau berhenti.
Setelah itu ada mobil pick up yang berhenti untuk
menolong, si ibu bersama
dua anaknya naik ke mobil sementara si ayah mengurus
motornya supaya tidak
hilang. Jarak RS sangat jauh. Sampai di RS jam 1 dini
hari, tidak segera
mendapatkan pertolongan apapun, perawat yang akan
memberikan infus angkat
tangan karena pembuluh darah si anak sudah kisut dan
tidak bisa dimasukkan
jarum. Melihat kondisi yang kritis, si ibu malah
disuruh menyelesaikan
pendaftaran dan administrasi. Tidak ada terapi lagi
untuk si anak. Di tengah
kebingungan karena harus menghadapi ini semua
sendirian, ditambah harus
menemani anak kedua, si anak yang sakit ini
mengeluh haus kepada ibunya.
Suaranya sangat lirih hampir tak terdengar.
Kemudian si ibu berinisiatif
memberikan air untuknya, tapi setiap habis
minum, si anak langsung kencing.
Pencernaannya seperti tidak berfungsi.
Beberapa menit kemudian, si anak
meninggal dunia. Meninggal di pangkuan
ibunya yang kebingungan. Setelah
meninggal, baru si dokter datang dan
memeriksanya.
Entah apa yang ada di pikiran paramedis2 itu
sewaktu si ibu dan anak ini
datang meminta pertolongan ??? Semua paramedis
harusnya tahu, terapi utama
untuk diare adalah rehidrasi cairan. Bagaimana
mungkin ada puskesmas yang
tidak menyediakan infus dan ambulans ??? Bagaimana
mungkin mereka tega
mengulur2 waktu si ibu untuk menyelesaikan pendaftaran
dan administrasi
padahal di pangkuan ibu ini ada anak yang sedang meregang
nyawa ???
Dimana letak kedua mata dan satu hati mereka
sewaktu melihat anak ini
semakin kritis sehingga tidak segera diberikan
pertolongan ???
Ingin rasanya aku melihat tampang2 pucat dan panik
paramedis di RS itu
sewaktu melihat calon pasien mereka meninggal sebelum
diberikan pertolongan.
Aku ini juga seorang dokter. Aku juga memiliki
banyak kekhilafan sebagai
seorang manusia. Tapi aku tidak akan memaafkan dan
mentolerir tindak
kriminal "membunuh" pasien apalagi dengan disengaja. Diare
itu bukan
penyakit sepele, justru banyak kematian yang disebabkan oleh
ketidaktahuan
kita akan berbahayanya penyakit itu. Tidak direkomendasikan
obat untuk diare
akut pada bayi dan balita kecuali jika diare itu sudah
kronis/berhari2 dan
disertai gejala adanya bakteri seperti berbau busuk,
berbuih, warna hijau,
berlendir, berdarah, dll. Hanya dengan rehidrasi cairan
atau bisa ditambah
dengan Lacto-b.
dari milis tetangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar